Dikepung Asap Kota
![]() |
Penulis : Fauzie Nur Ramadhan |
Bertanya mendayu-dayu
Bertanya tidak tentu
arah
Bertanya tentang
lamunan pagi
Bertanya dengan rindu
tak berujung
Dijawab bersuka cita
Dijawab di jalan penuh
lubang
Dijawab dengan puisi
sepertiga malam
Dijawab oleh selembar
surat kusam
Hidup yang merayu
Hidup dengan aroma yang
nista
Hidup oleh teka-teki
Hidup yang menghidupi
Berjalan berdua
bersama, dengan jarak tak berujung
Berjalan beriringan
bersama, dengan suara tak terdengar
Berjalan sendiri di
kota itu, dengan senyum di setiap liku
Berjalan sendiri di
permadani, dengan asa yang enggan dilepaskan
Teh hangat yang kita
seruput sore itu menjadi tanda, Juwita
Kopi hitam yang selalu
kau teguk itu menjadi rasa, Juwita
Tatap matamu yang tajam
itu menjadi perhatian, Juwita
Jemari lembut yang kau
jaga itu menjadi rindu, Juwita
Dan tahukah engkau
Juwita,
Di bawah atap kota ini
semua rasa dan asa yang dirangkai menjadi utuh
Di setiap suara bising
kendaraan yang lalu lalang tersimpul masa yang semu
Di setiap ujung jalan
yang dilalui, memori masih betah bermain-main, enggan pergi
Karena,
Udara pagi hari memang
sangat dirindukan, tetapi asap kota sore hari lebih indah
Karena,
Setelah asap kota sore
hari itu, datang suara panggilan surau yang merdu;
menuntun kita pada-Nya
Setelahnya, ada senyum
manis yang memilih menetap. Betah berlama-lama.
No comments: