Bagaimana
![]() |
Penulis : Wahyu Febrianto |
Lihat anak kota itu
Dia susah untuk mendapatkan udara segar
Kamarnya tanpa jendela yang lebih parah dari sel penjara
Dengan pakaian putih yang kekuning-kuningan
Dia bersiap pergi menuntut ilmu tanpa sarapan
Lihat bapak itu
Dia memanaskan motornya untuk bersiap pergi kerja
Dengan rambut uban dan dahi mengkerutnya
Mungkin cicilan motornya belum lunas dan kemarin motornya mogok terendam air hibahan
Atau perkara mesin cuci yang baru saja kredit namun kabelnya sudah dimakan hewan pengerat
Ah sudahlah, sudah hampir telat memasuki arena tempur jalanan ibukota
Dia pamit dan lagi-lagi tanpa sarapan
Lihat alam ini
Dia menjalankan sistem sesuai dengan kehendak-Nya
Sudah sangat benar
Tidak ada kekeliruan didalamnya
Namun kenapa akhir-akhir ini musim kemarau lebih panjang?
Kenapa sekalinya musim hujan, banyak kolam renang dadakan?
Kutub Utara dan kutub Selatan bukankah jauh dari kota ini?
Namun kenapa para ibu-ibu komplek kota itu malah sering membicarakannya?
Kau lihat pepohonan itu?
Daun yang seharusnya berwarna hijau tampak kehitaman
Bagai paru-paru perokok aktif ketika dilakukan pemeriksaan dirumah sakit
Dia kalah pamor dibandingkan tumbuhan tanpa akar itu
Tumbuhan yang mudah hidup tanpa harus merawatnya
Tumbuhan yang kini dipuja karena dipercaya memberikan banyak uang
Ada lagi tumbuhan dari pulau seberang yang sekiranya dapat menghasilkan banyak uang
Banyak juga itu pemujanya
Berbagai cara digunakan agar mendapatkan lahan yang cukup
Bahkan kabarnya tanah adat juga dirampas untuk membuka lahan baru
Pagi tidak akan pernah sempurna
Jika kau masih saja menggunakan kata ‘untuk kepentingan umum’ sebagai sumpah setiamu
Sumpah setia yang katanya mempertahankan
Lalu bagaimana embun mau pergi?
Bagaimana dengan orang-orang yang mau mencari nafkah?
Bagaimana dengan anak-anak yang mau berangkat sekolah?
Bagaimana dengan alam mau menjalankan sistemnya?
Bagaimana dengan pohon yang tidak bisa membuat makanan?
Bagaimana bisa?
Bagaimana?
Jikalau kau mendesak pagi hingga tak berani menampakkan dirinya.
No comments: