Qurrota A'yun
![]() |
Penulis : Muhammad Faishol |
Kau menyusup
Di baris-baris puisi lama
Di bawah pintu rumah
Di antara dua pohon mangga
Di aliran sungai yang deras
Di mana-mana
Di semua masa
(II)
(II)
Simbol Gerakan Itu Bernama Cangkul
Yang di dalamnya terdengar jerit tangis menderu
Ketidakadilan yang kian jadi tontonan
Membuat semakin kuat perlawanan
Bapak-bapak tua renta yang tak kuat mengayunkan kaki
Semakin gigit jari di ladang sendiri
Roda baja sangar yang kian mendholimi
Mematikan senyum esok pagi para petani
(III)
Masih aku terpaku
Retak Muka, raut wajahmu
Mengkhayalmu tak tahu waktu
Tatapan mata yang terus menggelayuti pikiran
Merajut rindu yang tak pernah usai
Dipisah jarak yang menyakitkan
Dihatiku yang tersendu lemah
Dalam diam ku menahan
Rasa ini terlalu dalam
Hampa terasa begitu pekat
Aku ingin bergurau dengannya kelak
Tanpa dipisah jarak,
Banyuwangi-Grobogan yang begitu sesak
*Penulis Muhammad Faishol sudah menerbitkan karya buku sastra berjudul "Berdamai dengan Jarak". Faishol dapat dihubungi di akun IG @mfmuhammadfaishol
No comments: